Kamis, 14 Maret 2013

Story3

Is merapikan bajunya yang berwarna putih, setelan baru yang harus dikenakannya saat ini, tampak membuatnya lebih terlihat bersih. Angin yang bertiup sedikit kencang, tak membuatnya mengurungkan niat untuk pergi, mencari alamat yang diberikan teman barunya tadi, udara malam yang dingin menabrak tubuhnya yang wangi, aroma kembang favoritnya itu menyengat, kebiasaannya menyemprot wewangian yang tidak sedikit.

                    ***
Angin bertiup makin kencang, gerimis pun menghampiri, tapi Is tidak peduli, ada urusan yang tidak bisa ditundanya lagi. Langkah ringannya terhenti ditikungan jalan, ada yang menyapanya pelan,"Kemana Is ?" suara tetangga barunya.
"Cari alamat mbak..." Is menunduk, dia enggan menatap wajah di depannya, kata teman-teman barunya, mbak yang menyapanya ini senior yang sangat disegani.
"Hati-hati, kalau perlu bantuan bilang aja ya.." 
"Iya mbak, terima kasih..." Is pun berlalu pergi, langkahnya ringan seakan terbang, Is tidak memperdulikan hujan, basah tidak masalah baginya, yang penting malam ini urusannya bisa kelar.

                    ***
Is memasuki perumahan elite yang di tuju, sesuai dengan info yang di dapatnya sore tadi, rumah-rumah besar berbaris rapi dengan pagar-pagar besi yang kokoh, tapi terlihat sepi, Is berangan, andai dia punya rumah seperti salah satu rumah di sini, teman-teman barunya pasti iri, ahh..gak mungkin, ujarnya dalam hati sembari tersenyum sendiri, Is mencari rumah no 4, ahh..itu dia rumahnya, Is mendekat lalu mengucap salam, tak ada yang menjawab. Is memberanikan diri melangkah maju, masuk ke dalam rumah melalui pintu yang sedikit terbuka, terlihat olehnya beberapa orang sedang berbincang di meja makan, Is lagi-lagi memberi salam, tak ada yang memberi jawaban, walaupun suaranya sudah di setel hingga level tinggi hingga kerongkongannya terasa perih, jawaban yang di nantinya tak kunjung menghampiri, hingga Is jadi grogi. Orang yang ingin ditemuinya pun terlihat tepat di depannya, tertunduk sedih, amarahnya tiba-tiba muncul, ingin rasanya melayangkan tangannya kewajah orang itu, tapi belum lagi niatnya berubah nyata, terdengar pembicaraan mereka,"Besok pagi kita ke kantor polisi, papa temani, itu kan kecelakaan bukan kesengajaan..." suara yang penuh kasih itu mengurungkan niat Is.
"Mama juga ikut..." kata wanita paruh baya yang menahan isak sambil menggusap kepala anaknya, pemandangan itu menyadarkan Is, tadi siang ibunya juga terisak di samping jenazahnya.   

                    ***

 Is hanya menatap anggota keluarga itu satu persatu, berharap besok semuanya pasti, mereka akan menyerahkan anaknya ke kantor polisi untuk mempertanggung jawabkan satu tragedi, tabrak lari.
Is menjauh pergi, kembali ke tempatnya beristirahat dengan tenang, di temani aroma kembang melati.

#end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar